FILSAFAT ILMU

A.   Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu phylisophia, yang terdiri dari dua kata: philos (cinta) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi secara Etimologi, filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan.
Aristoteles (384-347) tokoh utama filosof klasik, mengatakan bahwa filsafat menyelidiki sebab dan asas segala terdalam dari wujud. Sementaramenurut Al Farabi, seorang filosof muslim terbesar mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.[1]

B.   Ilmu
       Ilmu menurut etimologi berasal dari bahsa arab yaitu ‘alima-ya;limu ‘ilman, dengan wazan fa’ila –yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Akan etapi jika ilmu dalam bahasa inggris disebut science, dan bahasa latih scientia (pengetahuan)-scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa yunani adalah episeme. Jadi pengertian ilmu dalam bahasa indonesia adalah pengeahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu[2].
       Ilmu menurut terminologi adalah senagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Ilmu juga dapat diartikan sebuah metodologi, ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis dan sistematis. Alat bantu metodelogi yang penting adalah terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.

C.   Pengertian Filsafat Ilmu
Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian filsafat dan ilmu di atas yaitu filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat perlu menjawab beberapa persoalan berikut:
1.      Pertanyaan landasan Ontologis
Obyek yang di telaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana korelasi antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa, dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan Ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaliagus bidang-bidang ilmu.
2.      Pertanyaan landasan Epistemologis
Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang bernar? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3.      Pertanyaan landasan Aksiologis
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bgaimana korelasi antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?[3]



[1] Endang Saifuddin Anshari, ilmu, filsafat dan agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), Cet. VII, hlm. 83.
[2] Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu; sebuah pengantar populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), Cet. I, hlm. 324.
[3] Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu....., hlm. 33.

Komentar