Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017
Gambar
Kesadaran Palsu Wahai burung Sungguh sempit duniamu sekarang Tak pelak lagi kau menjadi hewan yg bebas terbang semaumu Wahai burung Benarkah Kami tertawa kau terluka Benarkah dirimu tak ingin lagi mengelilingi dunia Wahai burung Nasibmu kini hanya tergantung pada buih itu Tak kuasa ku menatapmu Mendengarkanmu bersiul-siul sepanjang waktumu Wahai burung Percayalah segalanya akan berubah Entah kapan, kamu hanya bisa menunggu Sesuatu yg dapat membebaskanmu Dari belenggu iming-iming kepalsuan
Gambar
Nyimak Jika menilik apa yang dikatakan Haidar Bagir Negeri ini adalah negeri tuna budaya. Berbudaya menurut Haidar bagir ialah manusia yang bermoralitas, cinta kebenaran dan berestetis. Memang benar adanya jika kita refleksikan atas realitanya. Indonesia yang dikenal dengan ciri khasnya adalah negeri yg berbudaya kini hanyalah tinggal sebatas jargon. Kini masyarakat Indonesia perlahan-lahan mulai munuju pada ketidakberbudayaan. Dalam sektor sistem pendidikan kini telah berhasil meng eluarkan produk-produk yang siap kerja tanpa kesadaran kritis dan semakin jauh atas pandangan spiritualitasnya. Dalam sektor politik, setelah era orde baru politik menjadi raja dari segala permasalahan. Dalam keagamaan tidak banyak orang yang beragama berpandangan sekurelistik, praktik-praktik vandalisme, logika-logika matrealistik dan orientasi kehidupan hanya pada kesenagan (Hedonisme). Kesemuanya hanya akan mengarah ke dalam seonggok jisim tanpa ruh. Secara tidak sadar masyarakat Indonesia ki
Gambar
Membaca Manusia itu bukanlah buah-buahan. Yang hanya bisa dilihat kualitas isinya melalui ciri-ciri fisiknya. Mereka unik, terkadang berpenampilan menarik hanya untuk pencitraan semata, terkadang berpenampilan buruk karna hanya sebatas itulah kemampuannya dalam menampilkan dirinya secara fisik. Tertawa tidak serta merta dapat diklasifikasikan mereka sedang bahagia. Sedih pun begutu jua, tak dapat diklasifikasikan mereka sedang sedih atau ditimpa musibah. Lalu bagaimana menilai manusi a batinnya jika terperangkap oleh hal-hal fisik. Solusi pertama : kesadaran subjektif, kita sebagai pembaca manusia lainnya harus sadar dala kondisi apa pembaca secara psikologis dan kontektualitasnya. Solusi kedua : kesadaran jarak ruang dan waktu. Artinya kita harus mampu menyadari adanya jarak antara pembaca dan objek yang dibaca. solusi ketiga, melihat konteks manusia lainnya secara keseluruhan, hubungannya menusia dan manusia lainnya, manusia dengan struktur yang berlaku, manusia dengan
Gambar
Keluarga Senja di sore itu Aku hanya bisa menatapnya Di balik awan yang menguning hingga gelap gulita Bayangan senyuman itu tak pernah pudar Terlihat jelas kebahagiaan kalian Walau jarak kita terpentang jauh Namun hati ini tetap menyatu kedalam hubungan kekeluargaan Dulu ku pegangi erat tangan kalian Kini hanya lambaian tangan Dan desir angin terdengan suara bisikan Itupun hanya dalam lamunan Aaiihh bahagiaku bersama keluarga Yang selalu dilingkupi rasa kasih sayang Dan tak lupa kekonyolan-kekonyolan yang tak terlupakan Dan yang paling terpenting Walau berbeda pendapat kita tetap rukun, tak sedikitpun ada sinisitas diantara kita Kedua kakak dan adik yang dulu unyu - unyu kelak akan punya cucu Hehe # Sekedar  memeriksa seonggok kenangan
Gambar
Dari awal aku hanyalah manusia Yang tak luput dari salah pikir, kata dan perbuatan di alam semesta Selalu memikirkan kesadaran namun lupa diri terhadapnya Selalu memikirkan bahagia namun lupa diri terhadapnya Selalu memikirkan kebaikan namun lupa terhadapnya Selalu memikirkan kebijaksanaan namun lupa terhadapnya Apalah dayaku jika aku hanya manusia bodoh dihadapanMu Tegurlah diri ini jika aku lupa diri Tuhan yang maha mengerti dari segala yang berpengertian di alam yang fani
Gambar
Subtansi Tuhan dengarkanlah bisikan ego ini ego dari seorang pendusta Yang hanya bisa terperanga Menangkap segala sesuatu yang ada Aku iri Tuhan... Aku ingin seperti angin yang bebas ke mana-mana Jika ia pergi ke lautan maka akan menjadi ombak Jika ia pergi ke awan akan menjadi angin turnado Jika ia pergi ke tetesan air hujan maka akan menjadi hujan badai Aku iri Tuhan... Aku ingin seperti cahaya yang dapat berfungsi di mana-mana Jika ia melekat pada kamera maka ia akan dapat menangkap objek dan membentuknya Jika ia melekat pada lampu ia akan menerangi yang ada Jika ia melekat pada planet-planet maka alam semesta akan selalu terang benderang Tuhan, aku iri dengan mereka... Aku ini hanya seorang hamba yang tak berdaya Yang hanya dapat menangkap dan memahami Tanpa bertemu dengan hakikat diri egoku terbelenggu Tuhan Tanganku selalu bergerak sesukanya Kakiku berjalan ke arah yang tak seharusnya Kepalaku selalu bergeleng dan mengangguk tak mengikuti irama Perutku selalu haus akan lema