Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Refleksi

“KESENJANGAN CINTA DAN FAKTA” Ini bukan mengenai api dan air, bukan tikus dan kucing, yang selalu berkontroversi. bukan panas dan dingin, dan bukan pula baik dan buruk, yang Selalu tak dapat bersatu. Apakah semua ini kesenjangan yang tak dapat di sintetiskan. Selalu kegelapan (meminjam istilah filsafat iluminatif) menjadi dominasi cahaya. Padahal cahaya mampu menjadikan kegelapan menjadi tiada. Plato berkata “sesungguhnya kegelapan (keburukan) tidak ada.” Kamu dan aku apakah seperti kegelapan dan cahaya, manakah kegelapan dan manakah cahaya?  itu tak penting bagiku. Yang pasti adalah bagaimana cahaya dalam hati menjadi penerang kegelapan egoisitas cinta dalam kehidupan. Bukan “aku” itu “aku” dan “kamu” itu “kamu”, tapi aku adalah kamu dan kamu adalah aku, bak perkataan Jalaludin Rumi “aku, kamu, alam, dan semua adalah satu.” Pada akhirnya akau tak tau, apakah kegelapan akan mengarungi hati selamanya sampai yang ada ini berpindah di alam lainnya. Yang pasti aku merenung merefl
KONTROVERSI INTERPRETASI HAKEKAT QURBAN Oleh : Joko Riyanto           Istilah qurban tidaklah asing di kalangan masyarakat modern. Di dalam ritual idul adha itu apa yang biasa disebut udl h iyah , atau penyembelihan hewan qurban . Qurban dalam arti etimologi Qurban berasal dari bahasa Arab yang bermakna qurbah mendekatkan diri kepada kekuasaan tertinggi/realitas tertinggi/sebab awal dari segala sesuatu yaitu Allah SWT Tuhan yang Maha Esa. Kalau kita tinjau ulang dari persepektif historis, qurban sejatinya tidaklah berawal dari Nabi Ibrahim yang menjalankan perintah Allah untuk menyembelih anaknya yang bernama Ismail, akan tetapi qurban pertama kali di laksanakan pada masa nabi adam, yaitu konflik antara Qobil dan Habil yang memperebutkan calon istri. Pada masa itu percodohan tidaklah dibenarkan apabila menikahi wanita yang kembarannya, Qobil yang di jodohkan dengan kembarannya Habil yang bernama Labuda dan Habil yang di jodohkan dengan kembaranya Qobil yang bernama Iqlima. Un
MANUSIA DAN KEBENARAN Oleh : Joko Riyanto Berjalan dalam kebenaran menjadikan manusia hidup lebih indah dan nyaman. Karena jika hidup di ambang-ambang kesalahan pastilah orang-orang seperti ini akan enggan dan enyah untuk hidup, selalu dalam perkataannya terdapat unsur sarkasme terhadap apa yang mereka lihat dan mereka pahami. Jadi sangat pentinglah hidup seseorang beriringan dengan kebenaran. Kemudian apa itu kebenaran, sesungguhnya menjadi problem tersendiri di dalam epistemologi. Namun, jika kita refleksi sejenak, hakekatnya kebenaran berasal dari produk dari pemahaman manusia terhadap sesuatu yaitu pengetahuan. Maka dari itu tentulah harus terdapat kebenaran dalam pengetahuannya. Definisi kebenaran pun masih diperdebatkan dalam kaca mata epistemologi. Sebagian filususf yang beranggapan idelah yang dominan maka kebenaran dapat di definisiskan suatu proposisi yang saling kohern dengan proposisi lainya atau yang lalu. Contoh: “hakekat manusia adalah berfikir” suatu proposisi