MANUSIA DAN KEBENARAN
Oleh : Joko Riyanto

Berjalan dalam kebenaran menjadikan manusia hidup lebih indah dan nyaman. Karena jika hidup di ambang-ambang kesalahan pastilah orang-orang seperti ini akan enggan dan enyah untuk hidup, selalu dalam perkataannya terdapat unsur sarkasme terhadap apa yang mereka lihat dan mereka pahami. Jadi sangat pentinglah hidup seseorang beriringan dengan kebenaran. Kemudian apa itu kebenaran, sesungguhnya menjadi problem tersendiri di dalam epistemologi. Namun, jika kita refleksi sejenak, hakekatnya kebenaran berasal dari produk dari pemahaman manusia terhadap sesuatu yaitu pengetahuan. Maka dari itu tentulah harus terdapat kebenaran dalam pengetahuannya.
Definisi kebenaran pun masih diperdebatkan dalam kaca mata epistemologi. Sebagian filususf yang beranggapan idelah yang dominan maka kebenaran dapat di definisiskan suatu proposisi yang saling kohern dengan proposisi lainya atau yang lalu. Contoh: “hakekat manusia adalah berfikir” suatu proposisi seorang filusuf klasik yaitu Aristoteles, proposisi ini masih berlaku sampai zamannya filusuf Rene Descartes yang berasumsi bahwa “aku berfikir maka aku ada”. Antara proposisi yang lampau dengan yang sekrang masih berkaitan maka kebenarannya masih dapat dipegang dan belum ada yang mengkritisi sehingga merehabilitasi proposisi yang telah dibangun mengganti proposisi yang baru.
Berbeda dari para filusuf empirisme mendefinisikan kebenaran yaitu benar jika proposisinya sesuai dengan fakta. Kebenaran dari pengetahuannya yaitu fakta itu, jika tidak sesuai dengan fakta yang ada maka pastilah tidak benar. Seperti contoh: “diduga sopir mengantuk, terjadilah kecelakan mobil Bus Rosalia Indah menabrak rumah warga di jalan bandung”. Hal ini benar karena faktanya ada. Akan tetapi apakah benar sopir tersebut mengantuk, ataukah karena si sopir mempunyai rencana terselubung di dalamnya. Itu adalah kebenaran yang tak dapat diketahui jika tidak melalu penyelidikan lebih lanjut mengenai berita ini.
Definisi Kebenaran yang ketiga berbeda dari kedua kebenaran yang di atas. kebenaran adalah suatu proposisi yang bermanfaat. Lihatlah kehidupan di sekeliling kita, pastilah tidak akan berjalan dengan sempurna jika tidak ada manfaat dari apa yang kita lakukan. seperti contoh seorang interpreuner tidak akan menjalankan bisnis dan usahanya jika tidak bermanfaat baginya dan orang lain. Dan masih banyak contoh lainnya. Kebenaran yang satu ini praktis tetapi manfaat bagi kehidupan sangat cukup berkontribusi. Revolusi mental orang-oarang indonesia yang di tawarkan Joko Wi-JK Presiden dan Wakil Presiden sangat perlu karena selain ideal juga condrong bermanfaat bagi personal, bangsa dan negara untuk menjadi Indonesia baru.
Kalau begitu, tidaklah mudah mendefinisikan sebuah arti kebenaran. Sedikit refleksi bahwa kebenaran adalah sesuatu proposisi, maka proposisi tersebut mengandung dua unsur yaitu abstrak dan konkrit. Kedua unsur tersebut harusah terdapat persesuaian agar proposisi dikatakan benar. Walaupun proposisi tersebut bercirikan kohern, koresponden, dan pragmatis yang terpenting di dalam proposisi tersebut terdapat persesuaian antara abstrak dan konkrit. Contoh: dalam pikiran kita sudah mengenal matematika abstraksi sebuah realitas kedalam simbol-simbol angka, 1+1 = 2. Jika dilihat benar menurut abstraksi, namun apakah benar jika kita diterapkan kedalam sebuah hal yang konkrit, misal biji kacang 1 di tabah biji kacang 1 maka 2 iji kacang, akan tetapi bebarapa waktu beda konteks ruang dan waktu 1 biji kacang lebur menjadi tanah dan 1 bijing kacang menjadi tanaman kacang yang subur. Kebenaran hilang di sisni.
Sesungguhnya kebenaran itu relatif dalam hidup manusia. Mengapa ? seperti dikatakan Imanuel Kant seorang filususf yang mengkritik ide dan empiris menjadi sebuah aliran baru yaitu kritisisme, berasumsi bahwa berbicara kebenaran pengetahuan mengenai sesuatu berarti membicarkana dua wajah dari sesuatu itu, pertama Noumena sesuatu di dalam dirinya sendiri, kedua Phenomena sesuatu dalam penangkapan pengalaman dan pemikiran manusia. Di mana manusia hanya dapat menangkap sifat-sifat yang melekat dalam sesuatu itu.
Kalau kita melihat seperti apa yang dikatakan Kant tentang kebenaran seperti itu, maka apakah hidup kita menjadi pesimis dan berfikir negatif kepada orang lain dan Tuhan. Tentu tidak semudah itu, ada metode kebenaran lain yang ditawarkan yaitu kebenaran secara konsensus dan diskursif. Dalam teori kebenaran konsensus pengetahuan dari individu dengan individu lain mengandung kebenaran yang masih terbuka untuk di satukan. Dalam individu pengetahuannya dapat diperlakuakan pembenaran. Namun jika berkumpul di dalam kelompok maka pengetahuannya di satukan dengan pengetahuan yang lain sehingga terdapat kepentingan kelompok yang lebih terakomodir.

 Selian kebenaran konsensus terdapat juga yang mendorong lahirnya teori kebenaran untuk menjadikan hidup seimbang yaitu diskursif. Adalah pembicaraaan terhadap wacana-wacana ataupun pengetahuan orang satu dengan orang lainnya atau kelompok satu dengan kelompok lainnya dan dikembalikan pada diri masing-masing dengan sikap toleran dengan kebenaran yang mereka pegang masing-masing. Ini akan menajadikan kehidupan yang harmonis dan moderat terhadap hubungan personalia maupun kelompok dan sosial.

Komentar