Refleksi
“KESENJANGAN CINTA DAN FAKTA”
Ini bukan mengenai api dan air,
bukan tikus dan kucing, yang selalu berkontroversi. bukan panas dan dingin, dan
bukan pula baik dan buruk, yang Selalu tak dapat bersatu. Apakah semua ini
kesenjangan yang tak dapat di sintetiskan. Selalu kegelapan (meminjam istilah
filsafat iluminatif) menjadi dominasi cahaya. Padahal cahaya mampu menjadikan
kegelapan menjadi tiada. Plato berkata “sesungguhnya kegelapan (keburukan)
tidak ada.”
Kamu dan aku apakah seperti
kegelapan dan cahaya, manakah kegelapan dan manakah cahaya? itu tak penting bagiku. Yang pasti adalah
bagaimana cahaya dalam hati menjadi penerang kegelapan egoisitas cinta dalam
kehidupan. Bukan “aku” itu “aku” dan “kamu” itu “kamu”, tapi aku adalah kamu
dan kamu adalah aku, bak perkataan Jalaludin Rumi “aku, kamu, alam, dan semua
adalah satu.”
Pada akhirnya akau tak tau,
apakah kegelapan akan mengarungi hati selamanya sampai yang ada ini berpindah
di alam lainnya. Yang pasti aku merenung merefleksikan diriku sendiri yang
selalu kontra pada dua bidikan matamu yang merespon pikiranmu. Dan akupun
begitu. “Biarlah biarlah semua” meminjam terminologi lirik lagu andra and the
blackborn. (To Be Continue).
Komentar