Membaca


Manusia itu bukanlah buah-buahan. Yang hanya bisa dilihat kualitas isinya melalui ciri-ciri fisiknya. Mereka unik, terkadang berpenampilan menarik hanya untuk pencitraan semata, terkadang berpenampilan buruk karna hanya sebatas itulah kemampuannya dalam menampilkan dirinya secara fisik.
Tertawa tidak serta merta dapat diklasifikasikan mereka sedang bahagia. Sedih pun begutu jua, tak dapat diklasifikasikan mereka sedang sedih atau ditimpa musibah. Lalu bagaimana menilai manusia batinnya jika terperangkap oleh hal-hal fisik.
Solusi pertama : kesadaran subjektif, kita sebagai pembaca manusia lainnya harus sadar dala kondisi apa pembaca secara psikologis dan kontektualitasnya.
Solusi kedua : kesadaran jarak ruang dan waktu. Artinya kita harus mampu menyadari adanya jarak antara pembaca dan objek yang dibaca.
solusi ketiga, melihat konteks manusia lainnya secara keseluruhan, hubungannya menusia dan manusia lainnya, manusia dengan struktur yang berlaku, manusia dengan kebudayaan yang berlaku, manusia dengan alam dan lain-lain.
Solusi ke empat, hasil pembacaan tersebut harus dibawa kedalam konteks dimana ia berada tanpa justifikasi subjektifitas. Walau memang tidak dapat dipungkiri hasil pembacaan tersebut bersifat reproduktif, kreaktif artinya ada keterlibatan being dari pembaca. Namun setidaknya pembaca kritis tanpa justifikasi secara mentah-mentah dalam pembacaannya.

Komentar