KNOWLEDGE AND SCIENCE

Nama  : Joko Riyanto
A.    PENGETAHUAN
       Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam enclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justtified true belief).[1]
       Sedangkan secara terminologi dapat dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Siti Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau semua pikiran.[2] Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.

1.      Jenis-jenis Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut :
1.      Pengetahuan biasa (ordinary knowledge). Pengetahuan ini terdiri dari pengetahuan nir-ilmiah dan pra-ilmiah. Pengetahuan nir ilmiah yaitu hasil percakapan dengan indra terhadap obyek tertentu yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan termasuk pengetahuan intuitif. Pengetahuan pra-ilmiah merupakan hasil perserapan indrawi dan pengetahuan merupakan hasil pemikiran rasional yang tersedia untuk diuji lebih lanjut kebenarannya dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
2.      Pengetahuan Ilmiah (scientific knowledge). Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunakan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Yang dikenal dengan science.
3.      Pengetahuan Filsafat (philosophical knowledge). Pengetahuan filsafat diperoleh melalui rosional yang berdasarkan pada pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, dan pemikiran-pemikiran yang logis, analitis, dan sistematis. Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang berkaiatan dengan hakikat, prinsip, dan asas dari seluruh realitas yang dipersoalkan selaku obyek yang hendak diketahui.[3]
4.      Pengetahuan Agama (Religion Knowledge). Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh pemeluk agama.

2.      Sumber-Sumber Pengetahuan
     Para filusuf memberi asumsi tentang sumber-sumber pengetahuan yang berbeda-beda, diantara yaitu Plato, Descrates, Spinoza, dan Leibniz mengatakan bahwa akal budi atau rasio adalah sumber utama bagi pengetahuan. Berbeda dengan para filusuf seperti Bacon, Hobbes, dan Locke, menyatakan bahwa bukan akal budi yang merupakan sumber pengetahuan  melainkan pengalaman indrawilah yang merupakan sumber utama bagi pengetahuan.
     Berdeda dari para filusuf yang berdeda pendapat di atas, Imanuel Kant mendamaikan perbedaan asumsi tersebut yang selama ini saling bertentangan. Asumsinya tentang sumber pengetahuan yaitu, seluruh ide dan konsep manusia bersifa apriori sehingga ada kebenaran apriori, Ide dan konsep itu hanya dapat diaplikasikan apabila ada pengalaman. Tanpa pengalaman seluruh ide dan konsep serta kebenaran apriori tidak pernah diaplikasikan.

3.      Kesahihan Pengetahuan
Di dalam epistemologi ada beberapa teori kesahihan, antar lain yaitu :
1.      Teori kesahehan koherensi (Coherensi Theory of Truth) menegaskan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan) diakui sahih jika proposisi itu memiliki hubungan gagasan-gagasan dari proposi-proposi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktika secara logis sesuai ketentuan-ketentuan logika.
2.      Teori kesahihan Korespondensi/Saling bersesuaian (Correspondence Theory Of Truth) Mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu sahih apabila proposi bersesuaian dengan realitas yang menjadi objek pengetahuan itu.theory ini berhubungan erat dengan kebenaran dan kepastian, sehingga dengan demikian kesahihan pengetahuan itu dapat dibuktikan secara langsung.
3.      Teori kesahihan Pragmatis (pragmatical Theory Of Truth) menegaskan bahwa pengetahuan itu sahih jikalau proposinya memiliki konsekuensi-konsekuensi kegunaan atau benar-benar bermanfaat bagi yang memiliki pengetahuan itu. Teori ini telah dikenal secara tradisional.
4.      Teori kesahihan Semantik (Semantic Theory Of Truth) Teori yang menekankan arti dan makna suatu proposi. Bagi teori ini mengacu pada realitas atau referen dan bisa juga arti definitif dengan menunjuk ciri khas yang ada.
5.      Teori Kesahihan Logika yang berlebih-lebihan (Logical Superfluity Theory Of Truth) hendak menunjukkan bahwa proposisi logis yang memiliki term berbeda tetapi berisi informasi sama tak perlu dibuktikan lagi, atau ia telah menjadi suatu bentuk logik yang berlebih-lebihan. Contohnya : Siklus adalah lingkaran atau lingkaran adalah dan sebagainya. Dengan demikian, proposisi lingkaran itu bulat tak perlu dibuktikan lagi kebenarannya.[4]

B.     ILMU
       Ilmu menurut etimologi berasal dari bahsa arab yaitu ‘alima-ya;limu ‘ilman, dengan wazan fa’ila –yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Akan etapi jika ilmu dalam bahasa inggris disebut science, dan bahasa latih scientia (pengetahuan)-scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa yunani adalah episeme. Jadi pengertian ilmu dalam bahasa indonesia adalah pengeahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu[5].
       Ilmu menurut terminologi adalah senagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Ilmu juga dapat diartikan sebuah metodologi, ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis dan sistematis. Alat bantu metodelogi yang penting adalah terminologi ilmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
              Definisi ilmu menurut para ahli di antaranya adalah:
Ø  Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.[6]
Ø  Karl Pearson, mengatakan bahwa ilmu adalah lukisan atau keterangan yang konfrehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.[7]
Ø  Afanasyef, seorang pemikir marxist bangsa rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.[8]

       Dari pengertian baik secara etimologi dan terminologi, serta definisi menurut para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang mempunyai ciri dan syarat tertentu, yaitu sistematis, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif.

C.    PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN ILMU
       Perbedaan antara pengetahuan dan ilmu dapat dilihat dari perbedaan pengertian di atas, yaitu: perbedaannya terlihat dari sifat sistematik dan cara memperolehnya. Perbedaab tersebut menyangkut pengetahuan prailmiah atau pengetahuan biasa, sedangkan pengetahuan ilmiah dengan ilmu tidak mempunyai perbedaan yang berarti.
       Kemudian, perbedaan lainnya, yaitu pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common science, sedangkan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Dan ilmu juga merupakan bagian lebih tinggi dari pengetahuan karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.


[1] Paul Edward, The Encyclopedia of philosophy, (New York: Macmillan Publishing, 1972), vol. 3.
[2] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), cet. 1, hlm. 4.
[3] Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat,(Yogyakarta,KANISIUS,1996),hlm 38-39.
[4]  Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat,(Yogyakarta,KANISIUS,1996),hlm 42-43.
[5] Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu; sebuah pengantar populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), Cet. I, hlm. 324.
[6] Endang Saifuddin, ilmu, hlm. 47.
[7] Ibid.
[8] Ibid. Hlm. 48-49.

Komentar