BAGAMANA CARA MENJELASKAN GAGASAN KITA
oleh : Joko Riyanto

A.     Keyakinan
Keyakinan menurut Charles Sander Peirce, kalau kita ibaratkan musik, keyakian adalah setengah irama dalam simponi kehidupan intelektual kita. Artinya apa, sebuah keyakinan ini sangat berpengaruh bagi cara berfikir untuk mencapai sebuah kebenaran. Karena keyakinan adalah bersifat subyektif. Jika pengetahuan yang kita peroleh dan langsung meyakininya tanpa ada dasar ragu-ragu akan kebenarannya maka terhentilah berfikirnya yang seharusnya lebih lanjut yaitu berfikir dinamis.
keyakinan memiliki tiga Sifat yaitu:
1.      Keyakinan adalah suatu yang kita sadari.
2.      Keyakianan mengurangi gangguan keraguan.
3.      Keyakinan mencangkup pembentukan hakekat sebuah aturan tindakan/kebiasaan.[1]
Karena keyakinan mengurangi gangguan keraguan, yang merupakan alasan untuk berfikir, maka berhenti dan beristirahat sejenak apabila  keyakian telah dicapai. Namun, keyakianan merupakan suatu kebiasaan untuk bertindak, maka penerapannya meliputi keraguan lebih lanjut dan berfikir lebih lanjut, sehinggga keyakinan merupakan titik akhir dan sekaligus titik pangkal baru untuk berfikir. Inilah yang disebut charles sebagai pikiran yang  sedang beristirahat.
Hasil berfikir ini adalah pelaksanana kemauan, dan hasil berfikir ini atau keyakinan bukan lagi merupakan bagian, melainkan telah merupakan arena kegiatan berfikir yang akan mempengaruhi pemikiran yang akan datang. Dan pada intinya keyakinan adalah pembentukan suatu kebiasaan.


B.     Konsepsi
Keyakian berbeda satu dengan yang lainnya, karena cara-cara tindakan yang membedakannya. Jikalau dalam hal ini keyakinan tidak berbeda , dan jika ia mengatasi keraguan yang sama dengan menghasilkan kebiasaan tindakan yang sama, maka tidak ada perbedaan dalam sifat kesadaran mengenai keyakinan. Pembedaan imajianer sering terjadi di antara keyakinan-keyakinan yang hanya berbeda dalam cara pengungkapannya.
Dalam hal cara pengungkapan suatu obyek biasanya akan terjadi kesesatan atau ketidak selarasan dengan obyek itu, maka cara-cara untuk membuat suatu konsepsi agar tidak sesat ialah:
1.    Pikiran kita harus jelas dalam menafsirkan cita rasa dari suatu obyek tersebut, mengenai sifat obyek yang akan kita pikirkan.
2.    Menafsirkan dengan benar  perbedaan murni dalam susunan tatabahasa dari dua buah kata untuk membedakan gagasan yang diungkapkan oleh kedua kata itu.
3.    Perhatikanlah dengan seksama apakah pemahaman terhadap obyek konsepsi kita mempunyai pengaruh yang benar-benar dapat mempunyai makna praktis.

C.     Realitas
Pengetahuan itu pada dasarnya adalah positif, ke-positifan ini ternyata juga pada keyakinan dasar pemikiran. Adapun keyakian ini mengakibatkan konsepsi, bahwa demikianlah hal yang sesungguhnya. Muncullah di sini realitas. Jika kita menerima realitas dalam pengertian yang telah dikenal, berarti tidak ada gagasan yang lebih jelas dari pada gagasan ini. Setiap anak menggunakannya dengan penuh keyakinan, tanpa pernah memikirkannya bahwa ia tak memahaminya. Akan tetapi jika menyangkut kejelasan dalam tingkat yang kedua, barangkali kebanyakan orang akan merasakan kesulitan dalam memberikan definisi abstrak mengenai realitas.
Menurut saya, dalam kalimat yang di utarakan oleh charles di atas adalah bagaimna kita mendefinisikan realitas dengan definisi kedua yang telah kita baca, tidak ada unsur plagiat. Dan kebanyakan orang akan kesulitan dalam mendefinisikan realitas secara abstrak.
Dan dalam tulisannya charles, dia mendefinisikan realitas dengan melihat perlawananya yaitu rekaan/angan-angan. Angan-angan adalah hasil hayalan seseorang, dan sifatnya ditentukan oleh pikiran orang yang bersangkutan. Sedagkan sifat yang tidak bergantung pada pikiran orang yang bersangkutan adalah realitas ekstern. Akan tetapi dalam pikiran kita sendiri terdapat gejala yang tergantung pada pikiran kita sekaligus nyata dalam arti bahwa kita benar-benar memikirkannya. Akan tetapi meskipun sifatnya tergantung cara kita berfikir, gejala itu tidak tergantung dengan apa yang kita pikirkan sebagai sifatnya. Dengan demikian, hayalan mempunyai eksistensi nyata sebagai suatu gejala pikiran, yaitu seseorang benar-benar memikirkannya. Tentu saja ia memikiran sesuatu, tidak tergantung pada apa yang dipikirkan seseorang, melainkan sama sekali lepas dari seluruh pendapat mengenai masalah itu. Di pihak lain, maka pikiran mempertahankan kekhususannya berdasarkan fakta yang tidak lain daripada fakta dipikirkan untuk dimiliki. Dengan demikian kita dapat mendefinisikan bahwa realiatas sebagai hal yang tidak tergantung dari apa yang dipikirkan seseorang merupakan sifatnya.
Maka dari itu dari definisi yang disajiakan oleh charles di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa relitas terbagi menjadi dua yaitu:
1.      Realitas yang kita sebut kongkrit, yaitu hal-hal dengansegala sifat-sifatnya yang tertentu pula. Ini berupa dunia pengamat. Disamping itu adalah hal-hal yang kita alami di dalam psike kita, seperti: perasaan batin, pengalaman hati dan pemancaran kehendak. Semua dapat kita sebut dunia psike
2.      Realiatas yang hanya hasil pemikiran, bukan lagi hal-hal yang sesungguhnya, melainkan hanya satu sifat atau beberapa sifat yang dipandang oleh manusia, terlepas dari sifat-sifat yang lain, inilah yang disebut dengan dunia abstrak atau dunia ideal, seperti kita kenal dalam ilmu pasti dan filsafat. Agak aneh disebut realitas, walaupun bukan hal-hal yang sesungguhny. Realitas yang sebenarnya, ialah konkrit. Sifat-sifat itu sungguh-sungguh ada pada realitas itu, tak dapat dipisahkan. Tetapi dapat dipikirkan secara terpisah dari realiatas. Hasilnya yang kami sebut abstrak.[2]



[1] Charles Sander Peirce
[2] Poedjawijatna, Logika Filsafat Berfikir, (Jakarta, Rineka Cipta, 1992) cet. 7, hlm. 21.

Komentar