Terbanglah Elang
Oleh : J ack Riyan, C.F. Rintik-rintik hujan malam itu terlalu lama membasahi bulu lembut sang elang, hingga merasuk kedalam kulit dan daging sang elang yang rapuh. Entah apa yang dirasakannya. Hanya kegelapan, kepedihan, kecemasan, ketidakpastian ia mencengkramkan kakinya pada ranting yang tak ia ketahui setinggi apa ia berdiri kokoh. Sang elang mulai merasakan dingin pada kulitnya, ternyata ia sadar bahwa malam semakin dingin dan bulu lembut yang tebal itu tak dapat menahan hawa dingin setiap malam. Ketika sang fajar mulai menampaknya kilauan sinar pada sudut-sudut permukaan bumi nan indah ini. Sang Elang membuka matanya dan melihat bahwa dunia malam yang hampuir saja membunuhnya tampak indah hingga ia terperanga bahwa di sadari atau tidak ia telah berada pada puncak bukit tertinggi di dunia. Sang Elang perlahan mengepakkan sayapnya, ia terbang mengelilingi bukit. Melihat segenap keindahan yang tak tahu siapa dan bagaimana semua ini diciptakan. Ketika hendak mengililin...